Friday, March 18, 2016

LAMPU KORIDOR OTOMATIS (LAPORAN)



ABSTRAK

Koridor rumah sakit, sekolah, kampus, dan gedung perkantoran umumnya menggunakan banyak lampu sebagai media penerangan pada malam hari atau bahkan siang hari. Penerangan ini tentunya sangat membutuhkan pasokan energy listrik. Penyalaan lampu sepanjang malam ini memiliki kelemahan yaitu pemborosan energy listrik terlebih lagi jika saat tengah malam jarang ada manusia yang akan melewati lorong tersebut, sehingga penerangan ini dirasa menjadi masalah krisis energy listrik serta yang nantinya akan diikuti membengkaknya dana tagihan listrik. Dengan memanfaatkan sensor Passive Infrared (PIR) sebagai pendeteksi objek berupa gerakan manusia dan mengirimkan sinyal tersebut ke Arduino sebagai pusat pengendalinya Arduino ini akan mengirimkan instruksi ke relay untuk mengaktifkan relay maka lampu yang difungsikan sebagai penerangan akan nyala. Pada praktek mata kuliah Mekatronika ini penulis akan membuat lampu koridor otomatis yang berbasis arduino untuk menghindari pemborosan listrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor PIR ini dapat mendeteksi objek dalam jarak maksimum  5 meter, sehingga sangat memungkinkan dipasang pada atap gedung yang tinggi.










BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini memang di Indonesia sedang mengalami banyak sekali krisis. Dan diantara krisis tersebut adalah krisis energi listrik. Listrik merupakan salah satu komponen yang sangat berperan banyak dalam kehidupan suatu bangsa dan bahkan bagi setiap manusia. Dengan adanya krisis listrik ini menyebabkan timbulnya berbagai macam bentuk kesalahan dan kerugian yang tidak sedikit jika dihitung dengan nominal. Namun kita juga harus menyadari bahwa salah satu penyebab listrik menjadi seperti ini adalah sebenarnya dari ulah kita. Seandainya saja dari dulu kita sudah mau berfikir untuk berhemat dan memanfaatkan listrik dengan seefisien mungkin, tentunya masalah ini tidak akan muncul.
Konsumsi energi listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data statistik PLN, penjualan listrik pada tahun 2012 meningkat hingga 173% dari penjualan listrik pada tahun 2004.

Tabel 1. 1 Penjualan Listrik PLN
Sumber : statistik PLN, pusdatin KESDM
Penyediaan energi listrik PLN yang masih didominasi oleh bahan bakar fosil menunjukkan bahwa listrik PLN masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penghematan dalam pemanfaatannya. Berikut adalah gambar grafik proyeksi permintaan energy listrik:
Sumber : statistik PLN, pusdatin KESDM
Untuk mengatasi krisis energy ini maka kami berinisiatif membuat sebuah system hemat energy salah satunya adalah  lampu koridor otomatis. Sering kita jumpai di lorong rumah sakit, koridor sekolah, kampus dan gedung perkantoran menyalakan lampu sepanjang malam. Tentunya hal ini kurang menghemat energy mengingat ketika tengah malam datang tidak terlalu banyak manusia yang melakukan aktifitas di koridor ataupun lorong bangunan tersebut. Sehingga kami memandang ini kurang hemat energy. Maka dengan itulah timbul suatu inovasi dari kami untuk merancang lampu koridor otomatis yang bertujuan untuk menghemat energy.
I.2 Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah terpapar pada latar belakang yaitu masalah krisis energy listrik, maka tujuan dari pembuatan lampu jalan yang kami rancang ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membantu penghematan energy
2. Menghemat biaya
3. Sebagai syarat lulus untuk mata kuliah MEKATRONIKA.

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Arduino
Arduino merupakan rangkaian elektronik yang bersifat open source, serta memiliki perangkat keras dan lunak yang mudah untuk digunakan. Arduino dapat mengenali lingkungan sekitarnya melalui berbagai jenis sensor dan dapat mengendalikan lampu, motor, dan berbagai jenis aktuator lainnya. Arduino mempunyai banyak jenis, di antaranya Arduino Uno, Arduino Mega 2560, Arduino Fio, dan lainnya. (www.arduino.cc)

Arduino uno adalah sebuah board mikrokontroller yang berbasis ATmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz, koneksi USB, jack power, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu men-support mikrokontroller; dapat dikoneksikan dengan komputer menggunakan kabel USB..(FeriDjuandi, 2011)



Gambar 2.3. Board Arduino Uno
Menurut (FeriDjuandi, 2011) Arduino adalah merupakan sebuah board minimum system mikrokontroler yang bersifat open source. Didalam rangkaian board arduino terdapat mikrokontroler AVR seri ATMega 328 yang merupakan produk dari Atmel.
Arduino memiliki kelebihan tersendiri disbanding board mikrokontroler yang lain selain bersifat open source, arduino juga mempunyai bahasa pemrogramanya sendiri yang berupa bahasa C. Selain itu dalam board arduino sendiri sudah terdapat loader yang berupa USB sehingga memudahkan kita ketika kita memprogram mikrokontroler didalam arduino. Sedangkan pada kebanyakan board mikrokontroler yang lain yang masih membutuhkan rangkaian loader terpisah untuk memasukkan program ketika kita memprogram mikrokontroler. Port USB tersebut selain untuk loader ketika memprogram, bisa juga difungsikan sebagai port komunikasi serial.
Arduino menyediakan 20 pin I/O, yang terdiri dari 6 pin input analog dan 14 pin digital input/output. Untuk 6 pin analog sendiri bisa juga difungsikan sebagai output digital jika diperlukan output digital tambahan selain 14 pin yang sudah tersedia. Untuk mengubah pin analog menjadi digital cukup mengubah konfigurasi pin pada program. Dalam board kita bisa lihat pin digital diberi keterangan 0-13, jadi untuk menggunakan pin analog menjadi output digital, pin analog yang pada keterangan board 0-5 kita ubah menjadi pin 14-19. dengan kata lain pin analog 0-5 berfungsi juga sebagi pin output digital 14-16.
Sifat open source arduino juga banyak memberikan keuntungan tersendiri untuk kita dalam menggunakan board ini, karena dengan sifat open source komponen yang kita pakai tidak hanya tergantung pada satu merek, namun memungkinkan kita bisa memakai semua komponen yang ada dipasaran.
Bahasa pemrograman arduino merupakan bahasa C yang sudah disederhanakan syntax bahasa pemrogramannya sehingga mempermudah kita dalam mempelajari dan mendalami mikrokontroller.
Deskripsi Arduio UNO:
                                                                Tabel Deskripsi Arduino Uno
                                                             (Sumber: http://www.arduino.cc)
II.1.1 Software Arduino
Arduino Uno dapat diprogram dengan perangkat lunak Arduino . Pada ATMega328 di Arduino terdapat bootloader yang memungkinkan Anda untuk meng-upload kode baru untuk itu tanpa menggunakan programmer hardware eksternal.
            IDE Arduino adalah software yang sangat canggih ditulis dengan menggunakan Java. IDE Arduino terdiri dari:
1.         Editor program, sebuah window yang memungkinkan pengguna menulis dan mengeditprogram dalam bahasa Processing.
2.        Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa Processing) menjadi kode biner. Bagaimanapun sebuah mikrokontroler tidak akan bisa memahami bahasa Processing. Yang bisa dipahami oleh mikrokontroler adalah kode biner. Itulah sebabnya compiler diperlukan dalam hal ini.
3.        Uploader, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke dalam memory didalam papan Arduino.
Sebuah kode program Arduino umumnya disebut dengan istilah sketch. Kata“sketch” digunakan secara bergantian dengan “kode program” dimana keduanya memiliki arti yang sama. (http://www.arduino.cc)

(http://www.arduino.cc)
Gambar Tampilan IDE Arduino dengan sebuah sketch
II.1.2 Bahasa Pemograman Arduino Berbasis Bahasa C
                        Seperti yang telah dijelaskan diatas program Arduino sendiri menggunakan bahasa C.  walaupun banyak sekali terdapat bahasa pemrograman tingkat tinggi (high level language) seperti pascal, basic, cobol, dan lainnya. Walaupun demikian, sebagian besar dari para programer profesional masih tetap memilih bahasa C sebagai bahasa yang lebih unggul, berikut alasan-alasannya:
·         Bahasa C merupakan bahasa yang powerful dan fleksibel yang telah terbukti dapat menyelesaikan program-program besar seperti pembuatan sistem operasi, pengolah gambar (seperti pembuatan game) dan juga pembuatan kompilator bahasa pemrograman baru.
·         Bahasa C merupakan bahasa yang portabel sehingga dapat dijalankan di beberapa sistem operasi yang berbeda. Sebagai contoh program yang kita tulis dalam sistem operasi windows dapat kita kompilasi didalam sistem operasi linux dengan sedikit ataupun tanpa perubahan sama sekali.
·         Bahasa C merupakan bahasa yang sangat populer dan banyak digunakan oleh programer berpengalaman sehingga kemungkinan besar library pemrograman telah banyak disediakan oelh pihak luar/lain dan dapat diperoleh dengan mudah.
·         Bahasa C merupakan bahasa yang bersifat modular, yaitu tersusun atas rutin-rutin tertentu yang dinamakan dengan fungsi (function) dan fungsi-fungsi tersebut dapat digunakan kembali untuk pembuatan program-program lainnya tanpa harus menulis ulang implementasinya.
·         Bahasa C merupakan bahasa tingkat menengah (middle level language) sehingga mudah untuk melakukan interface (pembuatan program antar muka) ke perangkat keras.
·         Struktur penulisan program dalam bahasa C harus memiliki fungsi utama, yang bernama main(). Fungsi inilah yang akan dipanggil pertama kali pada saat proses eksekusi program. Artinya apabila kita mempunyai fungsi lain selain fungsi utama, maka fungsi lain tersebut baru akan dipanggil pada saat digunakan.
Oleh karena itu bahasa C merupakan bahasa prosedural yang menerapakan konsep runtutan (program dieksekusi per baris dari atas ke bawah secara berurutan), maka apabila kita menuliskan fungsi-fungsi lain tersebut dibawah fungsi utama, maka kita harus menuliskan bagian prototipe (prototype), hal ini dimaksudkan untuk mengenalkan terlebih dahulu kepada kompiler daftar fungsi yang akan digunakan di dalam program. Namun apabila kita menuliskan fungsi-fungsi lain tersebut diatas atau sebelum fungsi utama, maka kita tidak perlu lagi untuk menuliskan bagian prototipe diatas. (Djuandi, Feri. (2011) )
Selain itu juga dalam bahasa C kita akan mengenal file header, biasa ditulis dengan ekstensi h, adalah file bantuan yang yang digunakan untuk menyimpan daftar-daftar fungsi yang akan digunakan dalam program. Bagi anda yang sebelumnya pernah mempelajari bahasa pascal, file header ini serupa dengan unit. Dalam bahasa C, file header standar yang untuk proses input/output adalah <stdio.h>.
Perlu sekali untuk diperhatikan bahwa apabila kita menggunakan file header yang telah disediakan oleh kompilator, maka kita harus menuliskannya didalam tanda‘<’ dan ‘>’ (misalnya <stdio.h>). Namun apabila menggunakan file header yang kita buat sendiri, maka file tersebut ditulis diantara tanda “ dan ” (misalnya “cobaheader.h”). perbedaan antara keduanya terletakpada saat pencerian file tersebut. Apabila kita menggunakan tanda <>, maka file tersebut dianggap berada pada direktori deafault yang telah ditentukan oleh kompilator. Sedangkan apabila kita menggunakan tanda “”, maka file header dapat kita dapat tentukan sendiri lokasinya.
File header yang akan kita gunakan harus kita daftarkan dengan menggunakan directive #include. Directive #include ini berfungsi untuk memberi tahu kepada kompilator bahwa program yang kita buat akan menggunakan file-file yang didaftarkan. Berikut ini contoh penggunaan directive #include.
#include<stdio.h>
#include<stdlib.h>
#include”myheader.h”
Setiap kita akan menggunakan fungsi tertentu yang disimpan dalam sebuah file header, maka kita juga harus mendaftarkan file headernya dengan menggunakan directive #include. Sebagai contoh, kita akan menggunakan fungsi getch() dalam program, maka kita harus mendaftarkan file header<conio.h>.


II.2 Sensor PIR
Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah. Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar infra merah dari luar.

Gambar sensor PIR 
Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detektor gerakan berbasis PIR. Karena semua benda memancarkan energi radiasi, sebuah gerakan akan terdeteksi ketika sumber infra merah dengan suhu tertentu (misal: manusia) melewati sumber infra merah yang lain dengan suhu yang berbeda (misal: dinding), maka sensor akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap satuan waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor.
Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :
·         Lensa Fresnel
·         Penyaring Infra Merah
·         Sensor Pyroelektrik
·         Penguat Amplifier
·         Komparator






II.2.1 Cara kerja pembacaan sensor PIR
Pancaran infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka sensor pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelektrik terbuat dari bahan galium nitrida (GaN), cesium nitrat (CsNo3) dan litium tantalate (LiTaO3). Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan dibaca secara analog oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu (keluaran berupa sinyal 1-bit). Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1, 0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi infra merah. Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi pancaran infra merah dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Diluar panjang gelombang tersebut sensor tidak akan mendeteksinya. Untuk manusia sendiri memiliki suhu badan yang dapat menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang gelombang antara 9-10 mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang gelombang tersebut dapat terdeteksi oleh sensor PIR. (Secara umum sensor PIR memang dirancang untuk mendeteksi manusia).


II.2.2 Jarak pancar sensor PIR
Sensor PIR memiliki jangkauan jarak yang bervariasi, tergantung karakteristik sensor. Proses penginderaan sensor PIR dapat digambarkan sebagai berikut:


Pada umumnya sensor PIR memiliki jangkauan pembacaan efektif hingga 5 meter, dan sensor ini sangat efektif digunakan sebagai human detector.

II.3 Relay
Relay adalah saklar yang dikendalikan secara elektronik (electronically switch). Arus listrik yang mengalir pada kumparan relay akan menciptakan medan magnet yang kemudian akan menarik lengan relay dan mengubah posisi saklar, yang sebelumnya terbuka menjadi terhubung.
Relay memiliki tiga jenis kutub: COMMON = kutub acuan, NC (Normally Close) = kutub yang dalam keadaan awal terhubung pada COMMON, dan NO (Normally Open) = kutub yang pada awalnya terbuka dan akan terhubung dengan COMMON saat kumparan relay diberi arus listrik.
Berdasarkan jumlah kutub pada relay, maka relay dibedakan menjadi 4 jenis:
·                     SPST = Single Pole Single Throw
·                     SPDT = Single Pole Double Throw
·                     DPST = Double Pole Single Throw
·                     DPDT = Double Pole Double Throw
Pole adalah jumlah COMMON, sedangkan Throw adalah jumlah terminal output (NO dan NC). Untuk lebih memahami dapat dilihat gambar 1:
Gambar 1. Skematik tipe-tipe relay.
Pada umumnya, output dari mikrokontroler berarus rendah, sehingga dibutuhkan rangkaian tambahan berupa penggerak (driver) yang berupa electronic switch untuk bisa mengendalikan relay. Dan driver tersebut pun perlu ditambahkan suatu komponen peredam GGL-induksi yang dihasilkan oleh kumparan relay, seperti dioda yang diarahkan ke VCC seperti pada gambar 2:
Gambar 2. Rangkaian Penggerak (Driver) Relay.




BAB III
PERANCANGAN
III.1 Perancangan Alat
Perancangan umum alat lampu koridor otomatis ini merupakan gambaran umum dan prinsip kerja dari adalat itu sendiri. Perancangan umum sistem dapat dijelaskan pada diagram blok sistem berikut.
Fungsi Tiap Blok:

1.      PowerSupply: merupakan rangkaian catu daya yang menghasilkan tegangan 5 V DC stabil yang digunakan untuk suplay tegangan sistem microcontroller Arduino Uno
2.      Arduino Uno merupakan papan microcontroller yang berfungsi memproses input dan output sistem. Arduino Uno menggunakan microcontroller ATmega328
3.      Relay berfungsi sebagai sakelar/switch tegangan 220V pada lampu
4.      Sensor PIR sebagai pembaca gerak/suhu badan manusia lalu perintah tersebut di baca microcontroller ATmega328.
Pada perancangan system lampu koridor otomatis ini, prinsip kerja secara umumnya adalah sebagai berikut. Arduino Uno yang digunakan sebagai otak perintah yang nantinya berisi program, sementara sensor PIR akan membaca gerakan manusia sebagai sinyal input Arduino, selanjutnya sinyal input ini akan diproses di Arduino. Setelah pemrosesan ini selesai arduino akan mengirim perintah mengaktifkan relay sebagai switch yang nantinya akan menyambungkan tegangan AC 220V ke lampu yang digunakan. Hal ini terjadi ketika sensor PIR mendeteksi adanya gerakan, jika tidak maka relay tidak akan aktif dan tidak menyalurkan tegangan ke lampu.


III.2 Perancangan Elektronik
III.2.1 Catu Daya
     Semua bagian dari sistem yang dibahas dalam laporan tugas ini membutuhkan suatu supply tegangan untuk menjalankan sistem yang ada. Rangkaian catu daya yang akan dibahas pada bagian ini yaitu catu daya dengan tegangan output stabil sebesar 5 V . Rangkaian power supply 5V 5A pada gambar rangkaian dibawah menggunakan regulator tegangan positif LM7805 dan penguat arus transistor PNP tipe MJ2955. Rangkaian power supply dengan tegangan 5 volt DC sering digunakan untuk memberikan sumber tegangan DC ke rangkaian TTL atau rangkaian kendali dengan mikrokontroler. Power supply yang digunakan pada sistem digital harus memiliki tegangan output yang stabil dan tahan terhadap noise. Rangkaian lengkap dan daftar komponen untuk membuta power supply 5V 5A dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Rangkaian catu daya
Copyright © Skema Rangkaian PCB http://skemarangkaianpcb.com/rangkaian-power-supply-5v-5a-mj2955/ 8:58PM 6 july 2015
Rangkaian power supply 5V 5A diatas dibangun menggunakan beberapa komponen yang berfungsi sebagai berikut:
·      Tranformer step-down 220V/ 12V 5A tanpa CT berfungsi untuk menurunkan tegangan AC 220V menjadi tegangan AC 12 V
·      Dioda bridge 5A dan kapasitor C1 berfungsi sebagai penyearah tegangan AC menjadi tegangan DC
·      Regulator tegangan positif LM7805 berfungsi untuk meregulasi tegangan output power supply sehingga stabil pada tegangan 5 volt DC
·      Transistor PNP MJ2955 berfungsi sebagai penguat arus hingga 10A dan tegangan output tetap 5 volt DC yang dikontrol oleh IC regulator .
Rangkaian power supply 5V 5A ini dapat digunakan untuk memberikan supply tegangan ke rangkaian digital TTL maupun mikrokontroler yang cukup komplek. Pada rangkaia power supply 5V 5A ini perlu dipasang heatsink yang cukup untuk transistor power regualator MJ2955 karena transistor tersbut akan menghasilkan panas pada beban rangkaian yang besar.
III.2.2 Relay
Pada umumnya, output dari mikrokontroler berarus rendah, sehingga dibutuhkan rangkaian tambahan berupa penggerak (driver) yang berupa electronic switch untuk bisa mengendalikan relay. Dan driver tersebut pun perlu ditambahkan suatu komponen peredam GGL-induksi yang dihasilkan oleh kumparan relay, seperti dioda yang diarahkan ke VCC seperti pada gambar dibawah:
Gambar 2. Rangkaian Penggerak (Driver) Relay.

III.3 Perancangan Softwere
Perancangan perangkat lunaka merupakan perancangan terhadap gram yang digunakan pada mikrokontroler nantinya. Langkah pertama dalam pembuatan program adalah membuat algorutma pemograman itu sendiri. Algoritma ini merupakan rancangan garis besar jalan program. salah satu bentuk algoritma dituangkan dalam bentuk diagaram alir (flowchart). Adapun bentuk diagaram alir dalam alat ini adalah sebagai berikut:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Pengujian Kinerja Sistem
Hasil pengujian fungsional tiap rangkaian bagian dari sistem secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan cara menguji satu persatu bagian dari komponen. Dalam hal ini kami melakukan pengujian pada Arduino Uno terlebih dahulu dengan cara mengupload program yang telah dibuat sebelumnya, serta memasang sensor PIR pada port yang dimaksud. Dari hasil pengujian tersebut, semua dapat memenuhi syarat fungsi untuk dipadukan menjadi sistem kendali guna proses lampu koridor otomatis. Selanjutnya adalah pengujian rangkaian relay yang juga dihubungankan langsung ke Arduino Uno sebagai mikrokontroler dalam alat yang penulis buat, dan hasilnya adalah semua berjalan sesuai dengan keinginan dengan tanda ketika terdeteksi gerakan maka relay akan berbunyi tanda relay berubah arah.

IV.1.2 Pengujian Sensor
Pengujian sensor yang penulis lakukan hanya bisa mencapai 350cm hal ini dikarnakan keterbatasan ruangan. Dalam data sheet yang penulis dapatkan sensor PIR ini mampu membaca gerakan dengan jarak 500cm. Berikut adalah table hasil pengujian sensor:
Table pengujian sensor:
Jarak Sensor Terhadap Permukaan Tanah (cm)
Sensitifitas Sensor
Horizontal
Vertical (cm)
Kanan Sensor (cm)
Kiri Sensor (cm)
10
10
10
10
50
50
50
50
100
120
120
100
150
170
170
150
200
190
190
200
250
230
230
250
300
<250
<250
300
350
<250
<250
350
400
<250
<250
400
>400
Data eror, kadang terbaca dan kadang tidak terbaca

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada jarak deteksi obyek oleh sensor mulai dari jarak 10 cm hingga 400 cm. Hal ini dikarenakan pada jarak tersebut sensor memberikan tegangan output di atas nilai tegangan referensi komparator 0,7 VDC, Sehingga mikrokontroler menerima tegangan input 5 VDC dan kemudian memberikan tegangan output untuk mengaktifkan relay. Hal tersebut sesuai dengan perencanaan dan memenuhi tujuan dari pembuatan alat ini. Lampu koridor otomatis dapat bekerja sesuai dengan sistem kerja yang dirancang dimana saat sensor mendeteksi gerakan manusia pada jarak maksimal yang diinginkan dari sensor, maka relay akan nyala seiringan dengan nyala lampu. Begitupun sebaliknya saat sensor tidak mendeteksi obyek atau gerakan di luar jangkauan yang ditentukan, maka relay dan lampu tidak menyala.
IV.2 Pembahasan
Dalam proses pengujian alat ini sensor PIR akan mendetiksi gerak/suhu, dan kemudian hasil dari sensor akan di kirim kemikrokontroler berupa perintah. Selanjutnya pada mikrokontroler terjadi pemrosesan logika pemograman yaitu apabila sensor mendeteksi gerakan manusia dalam rentang jarak yang ditentukan maka relay akan berlogika satu yang berarti lampu akan menyala. Selama pengujian alat berlangsung penulis memutar potensio yang ada pada sensor PIR yaitu pada bagian Sx. Jika Sx diputar maksimum kearah kanan maka lebar baca horizontal senso semakin luas jika dibandingkan dengan ketika potensio Sx diputar maksimum kearah kiri. Penulis hanya memutar ke nilai maksimum kanan dan kiri karena pada sensor ini potensio tidak dilengkapi dengan range nilai yang jelas. Selain potensio Sx pada sensor ini juga terdapat potensio Tx. Dengan kondisi yang sama seperti pengujian Sx, Tx ini diputar maksimum ke kiri dan maksimum kanan, maka didapatlah hasil bahwa semakin Tx diputar kekanan maka delay waktu nyala lampu semakin lama (8 menit). Dalam pengujian penulis juga mencoba dengan benda-benda selain gerakan manusia. Penulis mencobanya dengan gerakan sapu (benda mati) maka sensor pir tidak membaca adanya gerakan apapun sehingga mikrokontroler tidak memberikan perintah kerelay untuk menyalakan lampu. Hal ini dikarenakan sapu merupakan benda mati yang tidak memancarkan panas seperti halnya tubuh manusia. Sesuai dengan prinsip kerja sensor PIR yaitu membaca suhu panas tubuh manusia, sehingga sensor ini tidak bisa mendeteksi gerakan dari benda yang tidak memancarkan panas. Menilai dari hal ini penulispun mencoba memasang sensor ini di atas kompor yang jelas mengadung hawa panas dari api, namun hasilnya sama saja yaitu sensor tidak mampu mendeteksi adanya gerakan, masih dengan kajian yang sama sensor PIR ini hanya mendeteksi infrared panas tubuh manusia bukan panas yang terbuat dari api atau bahan sejenisnya. Melihat keadaan ini jelas bahwa penggunaan sensor PIR ini hanya untuk mendeteksi gerakan manusia yang memancarkan panas infrared dari tubuh manusia itu sendiri. Maka penggunaaan sensor PIR dalam alat yang penulis buat dirasa sangat tepat.

















BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari pengujian alat hingga pembahasan serta pengambilan data sensor  maka penulis menyimpulkan bahwa:
1.      Menggunakan Arduino Uno sebagai ATmega328 yang berfunsi sebagai sistem yang di gunakan dalam perancangan, serta relay sebagai komponen pendukung
2.      Jarak maksimal mendeteksian obyek oleh sensor adalah 400 cm jika lebih dari 400 cm maka tidak akan terdeteksi dan alat tidak akan bekerja atau eror
3.      Potensio Sx yang ada pada sensor PIR digunakan sebagai pengaturan horizontal sensivitas sensor
4.      Potensio Tx yang ada pada sensor PIR digunakan sebagai pengaturan delay nyala lampu
5.      Sensor PIR ini mempu mendeteksi manusia yang memancarkan suhu panas dari tubuh manusia itu sendiri
6.      Pemabacaan sensor PIR ini tidak mampu mencapai 500cm seperti yang disebutkan dalam datasheet, hal ini dikarenakan sensitivitas sensor PIR ini berbeda pada setiap merek produknya, harga sensor juga menjadi patokan sensitivitas sensor itu.

V.2 Saran

Untuk pengembangannya, maka dapat disarankan beberapa hal berikut :
1.      Perlu dicoba untuk media yang lebih luas, seperti menggunakan sensor yang lain agar dapat lebih bervariasi
2.      Modul kontrol sebaiknya ditata sedemikian rupa agar mudah dalam mengemas sistem tersebut
3.      Penggunaan alat ini juga bisa menjadi system keamanan jika kita tambahkan outputnya berupa buzzer, sehingga ketika sensor membaca gerakan buzzer akan akan nyala
4.      Akan lebih baik jika kita menggunakan RTC dalam alat ini sehingga system waktu nyala alat ini bisa diataur sedemikian rupa
5.      Sensor PIR ini masih sangat memungkinkan unuk aplikasi lain seperti pintu otomatis dan lain-lain.



























DAFTAR PUSTAKA

Banzi, M. (2008). Getting Started with Arduino. Sebastopol: Dale Dougherty.
Copy by: (http://www.arduino.cc) diakses 5 july 2015 08:30PM
Sumber : statistik PLN, pusdatin KESDM
Copyright © Skema Rangkaian PCB http://skemarangkaianpcb.com/rangkaian-power-supply-5v-5a-mj2955/ 8:58PM 6 july 2015
Copy by: https://www.futurlec.com/PIR_D203B.shtml  1:18PM 8 July 2015
















LAMPIRAN
·         Program Alat


void setup()
{
  pinMode(2, INPUT);
  pinMode(3, INPUT);
  pinMode(4, INPUT);
  pinMode(11, OUTPUT);
  pinMode(12, OUTPUT);
  pinMode(13, OUTPUT);
}


void loop()
{
  {
   int but = digitalRead(2);
   if (but==1)
  {
    digitalWrite(11, HIGH);  
  }
  else
  {
    digitalWrite(11, LOW);   
  }
  }
 
  {
   int but = digitalRead(3);
   if (but==1)
  {
    digitalWrite(12, HIGH);  
  }
  else
  {
    digitalWrite(12, LOW);   
  }
  }

  {
    int but = digitalRead(4);
    if (but==1)
  {
    digitalWrite(13, HIGH);  
  }
  else
  {
    digitalWrite(13, LOW);   
  }
  }
}









·         Rangkaian proteus alat






























No comments:

Post a Comment