Monday, July 15, 2013

hidup dalam hati


Hidup Dalam Hati


Hai nama gue Fatyoka, saat gue nulis ini gue lagi lanjutin studi di sebuh perguruan tinggi di Jerman. Hari ini tepat 2 tahun kepergian sahabat gue Reihan. Entah bagimana nama itu tak pernah lekang dari ingatan gue, begitu juga dengan kisahnya. Ntah bagaimana kabar Dio sekarang. Gue nggak pernah denger tentang dia setelah gue memutuskan untuk meninggalkan masa lalu yng sampai saat ini pun nggak berhasil gue tinggalin.
Waktu itu Reihan dan gue memutuskan untuk kuliah di kota kelahirannya Surabaya. Sebelum akhirnya gue dan Reihan kenal Dio. Tetangga aneh yang cuman keliatan di pagi dan malam hari doang. Gue sih nggak terlalu tertarik dengan cowok yang aneh-aneh gitu, tapi nggak sama Reihan. Mulai dari seminggu kita tinggal di tempat itu Reihan selalu betah duduk di balkon depan kamarnya. Ya, Dio si cowok aneh itu memang tinggal bersebrangan dari rumah kita, jadi gampang banget dilihat dari balkon kamar Reihan yang memang di desain menghadap balkon tetangga depan rumah.
“Han… lo aneh banget sih akhir-akhir ini” cetus gue penasaran
“aneh gimana?loe kali yang aneh punya gigi di pagerin! Hahaha”
“akhir-akhir ini lo betah banget duduk di balkon liatin tetangga, hayoooo…. Loe naksir cowok aneh itu ya??”
“hahaha… sinting loe masak iya gue sukak sama cowok yang sama sekali nggak gue kenal, jangankan dia Joe aja yang udah gue kenal setahun nggak pernah gue terima cintanya”
“ya udah kenapa lo nggak carik tau aja siapa tu cowok”
“tumben otak lo encer?? Biasanya aja nunggu di panasin dulu baru encer”
“brengsek lo! Udah ah, gue mau tidur, capek gue lo kacangin mulu, noh!liatin tu cowok sampai mata lo copot!”

“wooooi bangun!! Molor mulu!!” teriak Reihan
“ini minggu kali Han! Biarin gue tidur bentar lagi kenapa sih?heran gue nggak bisa banget liat gue seneng dikit!”
“ya udah, gue mau pergi!”
“kemana lo? Rapi banget”
“mau kerumah depan!”
“hahahahaha, mau ngapain lo?? Mau ketemu tu cowok aneh??”
“iya”jawabnya sambil berlalu
Ntah bagimana cara Reihan ketemu tu cowok dan bahkan sekarang dia mulai sering cengngengesan depan layar Hp. Nggak lama setelah Reihan jadi sinting, akhirnya gue tau nama tu cowok Dio. Dan untuk pertama kalinya gue liat Reihan jadi orang yang selalu memperhatikan penampilannya.
“Han!”
“ape???”
“Han!”
“brisik amat sih lo! Lagi asik nonton ni”
“ya ela gitu aja marah! Ehh… gue mau nanya ni, lo naksir Dio ya?”
“mmmm…. Nggak tau”
“loe aneh tau nggak, cerita ke gue kenapa!gue yakin lo jatuh cinta kan?”
“yah, gimana gue mau cerita, gue aja nggak yakin sama perasaan gue.”
Masih musim hujan di penghujung tahun waktu itu. Nggak berasa waktu udah berjalan 3 tahun semenjak kejadian di beranda itu. Kedekatan antara Dio dan Reihan semakin terjalin erat. Gue yakin di antara mereka ada sesuatu yang lebih istimewa dari pada hanya seorang teman. Ntah apa yang berhasil membuat mereka bungkam tentang apa yang nyata mereka hadapi. Bahkan musim dan tahun yang telah mereka jalani seolah buta untuk melihat tentang rasa yang tak terbendung di antara mereka.
Hari itu 24 Desember 2011, pagi kelabu bagi Reihan. Mata ceria yang gue lihat 3 tahun lalu berubah sembab dan layu. Ada genangan kepedihan di sana.
“Dio….” Ungkapnya lirih “kenapa dia nggak pernah cerita ke gue Tyo???”
“Dio pasti punya alasan kenapa dia nggak pernah cerita ini ke lo Han”
“tapi ini nggak adil Tyo! Gue temennya!tapi gue nggak pernah tau apa yang terjadi sama dia!”
“ya gue bisa apa lagi Han??, gue jugak nggak pernah tau kalau ternyata dio mengidap kangker hati yang udah parah gini Han”
Seminggu setelah Dio menjalani perawatan iya di perbolehkan pulang. Ada sedikit cahaya kecil di mata Reihan waktu itu.
“Dio, kenapa lo nggak pernah cerita kalau lo punya kangker??” Tanya Reihan pelan, namun suara itu masih dapat gue denger dari dapur tempat gue sengaja berdiri menjauhi mereka.
“maaf  han, gue nggak pengen orang tau tentang gue” cetus Dio dingin
“tapi gue bukan orang lain buat lo Dio, kita udah ngejalanin pertemanan ini selama 3 tahun! Apa gue masih nggak berhak tau tentang lo!”
“maaf han, ini salah gue, tapi sekarang lo bukan cuman tau apa penyakit gue, tapi udah tau sampai kapan lengan lemah ini bisa mendekap lo, ya lo pasti bisa tebak ending dari gue. Thanks lo udah temani kesendirian gue selama ini, maaf Han, gue rasa mulai hari ini lo harus belajar ngelupain gue”
“lo apa-apaan sih!lo fikir gue temen yang cuman ada saat temenya bahagia??lo fikir gue apa?dawai gitar yang putus kalau udah letih lo mainin setiap malam?lo nggak ngerti apa-apa tentang perasaan gue Yo”
“gue ngerti, gue cukup ngerti bahkan tanpa lo bilang Han! Tapi ini keyataan yang harus lo hadapi!gue bakal mati Han!!! Gue nggak bisa kemo lagi, gue nggak bisa dapat cangkokan hati han!! Hidup gue nggak semudah cerita-cerita tokoh novel yang selalu lo baca!nyokap bahkan bokap gue nggak punya uang lagi untuk gue!gue bakal mati han cepat atau lambat!”
“ngak Dio lo nggak bakal mati!nggak bakal!” teriak Reihan seraya menubrukkan tubuhnya yang sejak seminggu lalu lunglai ke pintu dan berlalu.
Ya, kedua orang tua Dio udah nggak punya kerjaan lagi. Setelah bokapnya bangkrut terpaksa butik punya nyokapnya di jual untuk nutupin biaya rumah sakit Dio seminggu itu.  Apa lagi yang bisa Dio lakukan selain menunggu penyakitnya mengerogoti sampai lelah. Seandainya gue yang jadi salah satu di antara mereka gue nggak tau mesti ngapain.
Sudah 2 hari semenjak percakapan pertama mereka yang pernah gue dengar. Reihan masih enggan membuka pintu kamarnya bahkan hanya untuk sekedar mengecap manisnya coklat hangat yang sengaja gue buat untuknya.
“Han… lo keluar dong”rengek gue seraya mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.”Han mau sampai kapan lo kayak gini?? Udah 2 hari lo nggak keluar kamar, dan lo jugak nggak ngejengukin Dio lagi. Ni gue buatin coklat hangat buat lo. Lo butuh asupan nutrisi buat lo sendiri Han!”
“peduli apa gue sama Dio? Dia udah gue kenal selama 3 tahun tapi apa, dia sama sekali ngak bisa hargai gue sebagai temannya! Toh kalau gue mati karna nggak makan dia jugak nggak bakal pedulikan”
“Han, tapi lo harus denger kabar gue kali ini. Dio masuk rumah sakit lagi dan kali ini parah Han.”teriak gue kesel.
“lo nggak lagi ngakal-ngakalin gue supaya gue keluar kan?”
“Han, lo kenal gue dari kecil kan? Kapan gue bhong sama lo, apa lagi masalah kayak gini Han.” Timpal gue makin kesel tapi kali ini pintu kamar itu bener-bener kebuka.
“lo ikut gue!”
“kemana Han? Gue belum rapi ni…”
“nggak perlu rapi, ngak ada jugak orang yang mau liatin lo dirumah sakit”
“yakan mana tau ada dokter yang jomblo liatin gue”
“Tyo!!! Bisa nggak kita nggak becanda?”
“iya2….”
Roda mobil kali ini merayap dengan kecepatan tinggi menuju parkiran rumah sakit. Gue putusin untuk diam selama perjalanan sampai dirumah sakit. Gue tau Reihan paling ngak bisa di ajak ngobrol kalau dia lagi kalap. Gue dan Reihan nggak masuk keruangan tempat Dio dirawat tapi kita memutuskan menemui dokter yang merawatnya.
“maaf dok  mengganggu, saya Reihan temen akrab dari Dio pasien di kamar 201 yang sedang anda tangani” cetus Reihan seraya mengulurkan tangan kearah dokter yang sedang berdiri di tepi jendela untuk mengamati suasana kota Surabaya di malam hari.
“oh iya, Dio. Pasien dengan penyakit kangker hati yang masuk 2 hari lalu, ada keperluan apa ya?”
“saya ingin mengetahui perkembangan Dio sekarang dok, apa sudah ada pendonor yang cocok dengan Dio?” tenya Reihan serius setelah di persilahkan duduk dengan dokter itu.
“sebenarnya saya sudah menemukan pendonornya tapi, sampai saat ini pihak keluarga belum memberikan kami uang jaminan untuk oprasi ini. Sementara oprasi harus segera dilakukan karna kondisi Dio semakin menurun, saya takut hal-hal yang tidak di harapkan terjadi mbak.”
“kira2 berapa biaya yang di butuhkan untuk semuanya dok?sampai Dio bener2 sembuh?”
“untuk biaya pihak rumah sakit sudah berusaha melakukan pemotongan tapi kami tidak bisa memotong biaya terlalu besar, biaya semuanya sampai Dio benar2 dalam keadaan sehat kira-kira 500juta mbak”
“500juta dok? Apa nggak ada pemotongan lagi dok?”
“maaf mbak, kami tidak bisa membantu terlalu banyak”
“baik lah dok, saya yang akan membiayai operasi dan perwatan ini, saya mohon lakukan segera operasi itu dok. Beri saya waktu seminggu untuk mencari dananya.”
“maaf mbak berdasarkan peraturan rumah sakit oprasi bisa di lakukan jika mbak sudah membayar setengahnya, saya harap mbak bisa membayar setengahnya besok, karna oprasi harus segera di lakukan mbak”
“baik dok, bosok malam saya bayar setengahnya, tapi tolong lakukan yang terbaik untuk Dio dok.”
“pasti mbak”
“terimkasih dok, saya permisi dulu”
Kami berlalu menuju ruangan Dio dirawat tapi Reihan hanya berdiri diam diambang pintu yang tertutup rapat dan hanya memilki sepetak kaca transparan untuk melihat pasien dari luar.
“han, dari mana lo mau dapat uang 250juta dalam sehari dan sisanya dalam waktu seminggu?” Tanya gue khawatir
“gue punya tabungan 200juta yo.” Jawabnya seraya berjalan menuju ke bangku kosong yang memang di sediakan untuk para tamu
”terus 50 jutanya gimana?gue nggak punya abungan sebnyak itu han, gue cuan punya 10 juta”
“gue jual mobil gue yo, jadi untuk sementara gue nebeng sama lo yo”
“ok, seandainya memang kita berhasil ngumpulin uang 250juta terus sisanya mau gimana han?gue nggak yakin kita bisa cari uang segitu bnyak dalam waktu seminggu”
“gue bakal galang dana, gue punya ifent panjat tebing dalam minggu ini yo, gue bakal manfaatin acara tu buat galang dana”
Hari itu tepat 4 hari setelah pembicaraan kami dirumah sakit. Dan di hari yang sama acara penggalngan dana itu berjalan lancer. Sampai akhirnya tiba saat nya reihan harus memanjat tebing yang untuk kali ini baru pertama iya panjat. Dan sebenarnya Reihan udah lama nggak bisa panjat tebing karna cedera bahu yang iya alami 6 bulan lalu saat turnamen di Singapore.
“han, lo yakin mau tetep manjat?”
“yakin yo, kalau gue nggak manjat dana ini nggak akan terkumpul yo, gue nggak mau Dio kenapa2”
“tapi gue yang takut lo kenapa2 han, lo ingetkan lo nggak boleh manjat sampai lo bener2 sembuh dan lo kan belum sembuh han”
yo, gue yakin apa yang gue lakukan ini adalah pilihan terbaik yang pernah gue ambil”
“lo hati2 ya….”
“yo, kalau seandainya gue kenapa-napa gue mintak tolong lo ambil surat yang udah gue tulis di laci kamar gue 2 hari yang lalu, tolong lo baca dan lo kasi ke nama-nama yang ada dalam surat gue. Dan gue mohon donorkan hati gue ke Dio”
“lo apa-apaan sih han! Kyak mau mati aja, kalau lo mati Dio gue ambil loh, makannya lo jangan mati, hahahahaha”
“hahahaha…. Pokoknya liat aja nanti”
Gue nggak pernah nyangka tawa hari itu adalah tawa terakhir dari Reihan, itu jugak pembicaraan terakhir gue sama dia. Hari itu 7 Januari 2012 kecelakaan yang Reihan alami merenggut nyawanya. Reihan jatuh dari tebing yang iya panjat padahal beberpa meter lagi iya berhasil mencapai puncak. Setelah beberpa jam reihan dirawat di rumah sakit Reihan menghembuskan nafas terakhirnya dan di hari yang sama dio mendapatkan donor hati dari reihan. Dio nggak pernah tau siapa pendonor hati itu.
Sekarang tanggal 17 february 2012, hari ke 40 setelah kepergian Reihan. Gue lebih memilih diam dalam kamar, gue syok, temen yang dari kecil gue kenal harus meninggal dengan organ yang nggak lengkap lagi. Gue baca lagi surat yang pernah ditulis Reihan buat gue, dan Dio.
Dear dio……..
saat lo baca surat ini gue pastiin kita nggak akan pernah bersama lagi dio. Gue mintak maaf selama ini gue nggak pernah jujur sama perasaan gue sendiri. 3 tahun bukan waktu yang mudah buat gue nutupin semunya dari lo, gue sayang lo dio, lebih dari jalinan tali persahabatan yang selama ini kita jaga. Gue cinta lo dio. Hahahahaha… sebenernya ini malu-maluin, tapi gue harus bilang ke lo tentang perasaan gue slama ini. Lo nggak usah GR dulu, gue nggak mau jadi pacar lo, karana itu nggak akan mungkin bisa lagi. Kebodohan gue kenapa nggak dari dulu aja gue bilang ke lo. Tapi mungkin ini lah takdir yang telah tuhan tetapkan buat kita.
Gimana keadaan lo sekarang? Pasti udah baikan ya…
syukur lah, memang itu yang gue harapin. Semoga lo bisa merasakan gue ada dalam diri lo saat ini.
Dio,gue titp hati gue di lo ya………….
J

Dear vatioka…..
Eh lo ngapain??? Jangan cemberut gitu dong…
muka lo udah ancur, jagan ditambahin sama bibir lo yg manyun dong….
hahahahahahahaha :D
Tio, lo sahabat gue yang paling gue sayang, tetep jadi tio yang gue kenal meskipun kita nggak ketemu lagi. Gue tau hal ini pasti terjadi sama gue, makannya gue nulis ini buat lo dan dio. Gue mintak maaf tio, gue belum bisa  jadi sahabat lo sampai kita tua, seperti yang telah kita janjikan dulu. Maaf gue nggak bisa nepatin janji kecil kita. Sekarang mungkin gue lagi liatin lo dari tempat gue yang baru, tapi sayang lo nggak bisa liat gue. Dan sekarang pasti gue lagi kangen banget sama lo, gue titip nyokap sama bokap ke lo ya, jadiin mereka orag tua lo. Oh ya satu lagi, lo jangan kelamaan jomblo, cowok di kampus kan banyak, masak iya nggak ada satu pun yang lo taksir, atau jangan-jangan lo jeruk mkan jeruk lagi….
hahahahahahahaha
becanda gue….
udah ah, bosen gue ngeledekin lo, gue mau tidur, gue lelah tio, maaf kalau tidur gue ini bakalan lama.
Daaa tio…

         “Tio……..”teriak suara dari luar pintu kamar gue
“siapa???” jawab gue
“ini gue Dio”
dengan gontai gue buka tu pintu, seonggok daging pucat yang tertopang rangka itu gue temukan tepat di depan pintu kamar gue
“lo to, kapan lo pulang?” Tanya gue seraya jalan menuju ruang makan
“iya, baru semalam gue pulang, mana Reihan?? Kok nggak keliatan sih, gue kangen dia, uah lama gue nggak ketemudia”
“huft……”keluh gue seraya meletakkan segelas air putih di meja dan duduk secara bersamaan “ini ni waktu yang nggak pernah gue pengennin kehadirannya” gumam gue
“eh, lo udh sehatan sekarang kan?” Tanya gue mengalihkan pembicaraan
“ya, udah lebih baik lah, mana sih reihan tio? Gue kangen banget sama dia…”
“seberapa penting dia buat lo?? Dan apa artinya dia buat lo?”
“ya penting lah, gue sayang dia yo, gue baru sadar gue mencintai dia”
“trus, kenpa nggak dri dulu lo bilang ini ke dia?”
“gue nggak mungkin nyatain perasaan gue sementara waktu itu gue mau mati, gue ngak mau ngelukain siapapun yo”
“dan sekarang, lo tetep mau nyari dia???”
“iya, gue mau nyatain perasaan gue ke dia yo, lo bisakan bantuin gue??”
“kalau lo emang pengen ketemu dia, lo ikut gue sekarag jugak”
“kemana?”
“ntr lo jugak bakal tau kemana? Tunggu gue siap-siap dulu” gue bergegas kekamar, ganti baju dan lalu gue samber tumpukan surat yang Reihan kasi ke gue.
“yo gue masih nggak ngerti kita mau kemana” cetus Dio memacah heninganya sura jalanan yang saat itu gue lalui. Tapi gue memutuskan buat diem seribu bahasa. “sekarang apa lagi?? Masak kita kesini pagi2 sih yo??”
“ini tempat reihan sekarang, disini reihan tinggal” cetus gue gemetar seraya menunjuk gundukan tanah yang telah berlapis rumput hijau, sepertinya sengaja di tanam oleh sang pengelola pemakaman sehingga menghasilkan bentyk ang sangat rapi. “ini surat2 yang harus lo baca” . gue liat mata sayu itu berputar kesetiap sudut kertas, menelusuri apa yang tertuis di dalamnya. Lalu tubuh Dio lunglai terduduk disamping makam itu. “lo telat buat nangis, udah lebih dari sebulan dia terbujur di sana, kenapa lo bego’ banget sih? 3 tahun lo sama dia, tapi lo ngak tau apa yang dia rasa buat lo!! Sekarang apa? Percuma l sadari, Reihan udah nggak ada, puas lo sekarangkan? Reihan mati cuman buat lo tapi dia nggak pernah dapat apa yang dia mau dari lo!!”
“iya, gue tau gue emang bego’Tyo!! maafin gue”
“gue nggak pernah marah sama lo, gue marah sama diri gue sendiri, kenapa gue nggak bisa mencegah ini semua terjadi. Sekarang Reihan udah tenang di sana, dia emang udah mati dari kehidupan ini, tapi dia hidup didiri lo, dia ada di hati lo,,,”




By : Eka Fidia

No comments:

Post a Comment